Apabila ingin merubah nilai jual ikan
non ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui
diversifikasi pengolahan produk perikanan agar lebih bisa diterima oleh
masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi
kebutuhan gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan
gizi/vitamin/protein dari produk hasil perikanan dan ketahanan pangan.
Hasil dari usaha tersebut sangat
tergantung pada proses pengolahannya. Untuk mendapatkan mutu terbaik
dari proses pengolahan ikan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan
bahan dan alat yang digunakan. Usaha pengolahan ikan tidak hanya sebatas
pada pengolahan menjadi produk yang masih berbentuk ikan tetapi juga
pengolahan menjadi bentuk lain. Salah satu bentuk pengolahan dapat
berupa fillet.
Fillet ikan
adalah suatu irisan daging ikan tanpa tulang. Ketika mendengar kata
fillet maka akan terbayang jenis fillet ikan golongan mahal, seperti
fillet Salmon, Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus), Kerapu (Serranidae) dan sebagainya. Sebenarnya fillet dapat dikategorikan menurut bahan bakunya yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti Salmon, Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus), Kerapu (Serranidae), dan fillet dari jenis ikan non ekonomis seperti Kurisi (Nemipterus nematophorus), Swanggi (Priacanthus tayenus), Biji Nangka/kuniran (Upeneus sulphureus), Pisang-pisang (Caesio chrysozomus), Paperek (Leiognathus sp), dan Gerot-gerot (Pomadasys sp).
Jenis yang kedua ini merupakan bentuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan
hasil tangkapan melalui pengembangan produk bernilai tambah.
Salah satu bentuk usaha dalam mengoptimalkan pemanfaatan ikan adalah dengan mengembangkan fillet dan produk lanjutannya (gel-based products)
(Wahyuni, 2002). Fillet ikan non ekonomis digunakan sebagai bahan baku
produk makanan olahan lanjut antara lain seperti baso, sosis, burger,
otak-otak, siomay, nugget, empek-empek, krupuk ikan dan produk lainnya.
Pengolahan fillet ikan
menguntungkan banyak pihak dan meningkatkan efisiensi secara
keseluruhan. Konsumen dapat memperoleh produk yang praktis sehingga
waktu yang dibutuhkan untuk memasak menjadi lebih cepat. Bagi produsen,
fillet merupakan upaya memperoleh nilai tambah karena hasil dari
penjualan fillet lebih tinggi daripada ikan dijual utuh. Limbah hasil
produksi fillet berupa kepala ikan, jeroan dan tulang ikan dapat diolah
menjadi tepung ikan, makanan unggas, pupuk atau produk lainnya. Jadi
jika dilihat secara keseluruhan dalam usaha fillet ikan terjadi
peningkatan efisiensi karena tidak ada limbah terbuang.
Pengolahan fillet bisa dikembangkan lebih luas di Indonesia untuk pemanfaatan produksi perikanan dengan pertimbangan sebagai berikut :
- Hasil tangkapan ikan di Indonesia sangat beraneka ragam.
- Hampir semua jenis ikan dapat dibuat sebagai bahan baku fillet
- Fillet kondisi beku dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk makanan olahan.
- Fillet mempunyai volume lebih kecil dari ikan utuh
- Filet dan produk lanjutannya dapat memberikan nilai tambah untuk nelayan serta perbaikan gizi masyarakat.
0 komentar:
Posting Komentar